Kebahagiaan hidup dimulai dari hati kita sendiri...

Selamat datang di blog ini ! Sebuah blog yang berisi tentang banyak hal yang akan memotivasi kita agar lebih memahami makna hidup ini. Apa yang kita cari dari kehidupan ini ? Apa lagi kalau bukan "KEBAHAGIAAN". Ya, kebahagiaan itu sebenarnya bisa hadir dari dalam hati kita sendiri. Perjalanan panjang kehidupan kita di dunia ini akan dibayar dengan sebuah "KEBAHAGIAAN" setelah akhir zaman nanti. Tentunya Sang Pencipta alam semesta yang akan memberikannya untuk kita. Insya ALLAH...

Name:
Location: Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia

Saturday, February 07, 2009

Alasan Wanita Harus Menyiapkan Pensiun

Alasan Wanita Harus Menyiapkan Pensiun
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 840/XVI

Anda percaya enggak kalau saya bilang bahwa banyak wanita di Indonesia yang tidak atau belum mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik? Memang, saya belum pernah melakukan riset atas pernyataan ini. Pendapat ini berdasarkan pengalaman menghadapi para peserta seminar dan pelatihan serta yang menjadi klien saya.

Buat Anda yang masih bingung, coba saya jelaskan sedikit saja tentangapa yang dimaksud dengan Masa Pensiun. Masa Pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi bekerja. Di Indonesia, biasanya sih kalau Anda bekerja, Anda akan memilih (atau dipaksa memilih) untuk pensiun pada sekitar usia 50-60 tahun.

Itulah karenanya, banyak orang yang lalu mempersiapkan masa pensiunnya dengan cara memiliki sebuah Program Pensiun, seperti:
- Ikut Program Jamsostek.
- Ikut DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).
- Ikut DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).

Namun demikian, selain program-program tersebut diatas, banyak juga orang yang mempersiapkan pensiunnya dengan menabung sendiri melalui produk-produk investasi, seperti tabungan, deposito, emas, reksadana, atau membeli tanah. Ada sejumlah alasan, mengapa wanita perlu lebih banyak memberi perhatian untuk mempersiapkan masa pensiun. Karena yang sering terjadi, kaum wanita banyak yang meremehkan soal dana pensiun.

Banyak di antara mereka, hanya mengandalkan dana pensiun dari suaminya. Nah, kenapa wanita harus lebih memperhatikan soal pensiun. Berikut ini enam alasannya.

[1] Umur Wanita Biasanya Lebih Panjang.
Sebuah survei menunjukkan bahwa umur wanita biasanya lebih panjang daripada pria. Ini juga akan terjadi pada Anda, para wanita. Semakinlama Anda hidup, semakin besar jumlah Dana Pensiun yang harus Andapersiapkan untuk bisa membiayai pensiun Anda. Sayangnya, sering sekali wanitayang harus merelakan uang pensiunnya menyusut karena dipakai untuk membayar Biaya Kesehatan suami mereka yang - menurut survei - memiliki umuryang lebih pendek daripada wanita.

[2] Rata-rata Penghasilan Wanita Lebih Kecil.
Dalam sebuah perusahaan, posisi manajemen biasanya memiliki gaji yang lebih tinggi daripada posisi staf yang ada di bawahnya. Ini wajar terjadi. Sekarang pertanyaannya, siapa yang lebih banyak mendudukiposisi manajemen? Jawabannya: pria. Posisi direktur, misalnya, sampai saatini masih lebih banyak didominasi oleh pria. Begitu juga dengan berbagai posisi lain dalam struktur manajemen dari sebuah perusahaan. Itu di dunia kerja. Dalam dunia bisnis, seorang wanita biasanya - biasanya lho, ya - lebih takut untuk mengambil risiko berbisnis, dibanding pria. Otomatis, pria biasanya lebih memiliki potensi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada wanita, karenamereka lebih berani mengambil risiko. Tetapi seorang wanita, biasanya akanlebih senang kalau berada di dalam sebuah posisi yang secure (baca:memberikan gaji tetap). Sehingga otomatis, kenaikan gaji mereka betul-betul didasarkan pada aturan di perusahaan itu. Beda dengan mereka yangberani menjalankan usaha sendiri, sehingga bisa memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Dan hal itu biasanyadimiliki pria, bukan wanita.

[3] Wanita Lebih Sering Berhenti Kerja.
Betul, wanita lebih sering masuk dan berhenti kerja daripada pria.Banyak alasannya. Salah satunya adalah kalau mereka melahirkan, atau ketika ingin membesarkan anak mereka dulu selama 2-3 tahun. Otomatis, mereka akan mengambil cuti, dan tidak bekerja. Sehingga, kesempatan merekauntuk bisa menyalip rekannya yang lain untuk bisa mendapatkan posisi yanglebih tinggi menjadi tertunda. Posisi yang tertunda, berarti tertunda juga kesempatan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Bisa dibayangkan kalau seorang wanita melahirkan anak sampai empat kali.

[4] Wanita Lebih Sering Gonta-ganti Kerja.
Karena lebih sering berhenti kerja, wanita biasanya jadi lebih sering gonta-ganti lapangan pekerjaan dibanding pria. Seorang wanita yang berhenti dari pekerjaannya karena melahirkan, misalnya, biasanya belum tentu mau kembali bekerja lagi di perusahaan yang sama setelah ia mengasuh anaknya selama dua tiga tahun. Jangankan wanita yang sudah menikah dan punya anak, sekarang saja saya mengenal seorang wanitasingle yang masih berumur 26 tahun, tetapi sudah pindah pekerjaan sampai 4-5 kali. Bagaimana nanti kalau dia sudah menikah? Bisa-bisa jumlahnyalebih banyak lagi. pindah kerja daripada mereka yang di posisi manajemen.

[5] Peraturan yang Merugikan Wanita.
Banyak perusahaan di Indonesia yang masih memberikan upah yang berbeda bagi pria dan wanita yang menduduki posisi yang sama. Ini mungkin didasarkan pada pertimbangan bahwa prialah yang menanggung biaya hidup keluarga, sehingga wajar saja kalau pria menerima upah yang lebihbesar. Tetapi akibatnya, dengan jumlah upah yang lebih kecil, biasanya akan menyulitkan wanita untuk bisa menabung dalam jumlah yang lebih besar untuk persiapan pensiunnya.

[6] Sering Harus Mengalah apabila Suami Pindah Kerja.
Selama ini, apabila seorang suami harus direlokasi (pindah lokasikerja) ke kota lain, maka istrinyalah yang sering mengalah, misalnya dengancara berhenti dari pekerjaannya. Berbeda dengan apabila si istri yang harus pindah, maka jarang sekali kita mendengar suaminya mau mengalah dengan mengorbankan pekerjaannya. Ini wajar terjadi, mengingat si prialahyang biasanya menanggung biaya hidup keluarga. Namun demikian, hal inijelas membuat kemungkinan wanita untuk berhenti kerja, atau ganti pekerjaan baru menjadi lebih besar. Ini berarti, kesempatan mereka untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar menjadi tertunda, sehingga kesempatan mereka untuk menabung dengan jumlah yang lebih besarmenjadi berkurang.

Nah, bapak ibu, dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita memiliki lebih banyak 'halangan' ketika ia masih bekerja. Padahal,umur wanita biasanya lebih panjang daripada pria sehingga wanita memerlukan lebih banyak uang untuk pensiunnya kelak. Karena itu, bila Andaseorang wanita, Anda perlu menaruh perhatian yang jauh lebih besar terhadap persiapan pensiun Anda, dibanding pada pria. Mudah-mudahan tulisankali ini bisa cukup memotivasi Anda.

(Diambil dari email Ibu Lina (l1na_1103@yahoo.com)
Wednesday, December 17, 2008, 11:01 AM

The Astra Way

Senja mulai beranjak petang. Matahari tenggelam untuk berganti malam. Sang maestro bisnis, William Soeryadjaya duduk dikelilingi para direktur Astra International. Mendung menyelimuti wajah Oom William – panggilan akrab William Soeryadjaya. Syahdan salah satu anaknya Edward Soeryadjaya sedang dirundung malang. Bank Summa yang dipimpin oleh Edward mengalami guncangan maha hebat, menanggung hutang lebih dari US$ 800 million. Hanya dua pilihan yang dimiliki Edward; menyelesaikan hutang itu atau masuk penjara. Sementara menyelesaikan hutang jelas merupakan kemustahilan bagi Edward ditengah kondisi pengetatan uang (tight money policy) pada masa itu.

”Secara hukum Oom tidak bertanggung jawab atas tindakan Edward. Oom bisa lepas tangan,” kata beberapa petinggi Astra. Namun sebuah jawaban luar biasa muncul dari hati paling dalam Oom William. Benar bahwa Bank Summa adalah bisnis milik Edward. Namun bagaimanapun juga Edward adalah anaknya. Oleh karenanya Oom William bertanggung jawab terhadap segala tindakan Edward. Walaupun harga yang dibayar terlampau mahal. Pada awal tahun 1992 keluarga Soeryadjaya memiliki 75,86% saham dengan kapitalisasi US$ 1,2 billion. Namun di bulan November pada tahun yang sama, keluarga Soeryadjaya menjual 40 milyar sahamnya untuk menutup hutang Bank Summa. Alhasil keluarga Soeryadjaya kehilangan kontrol atas Astra International.

Sebagai pemimpin, Oom William sudah menunjukkan karakter moral nan luar biasa. Walaupun semua tindakan Edward dalam berbisnis bukan merupakan tanggung jawabnya, namun sebagai ayah Oom William berani menanggung semua resiko yang dialami Edward. Inilah sikap moral pemimpin yang semakin sayup-sayup muncul dari para pemimpin di republik ini. Entah itu yang bermain di ranah politik, sosial ataupun bisnis.

Karakter Moral

Kebaikan pemimpin pada dasarnya muncul dari karakter moral yang berwujud pada sikap Kebaikan dibangun dari sikap-sikap sang pemimpin baik pada masa lalu maupun era sekarang dimana saat ini masih memimpin। Kebaikan memerlukan sikap konsistensi, kooperatif, legowo bahkan kompetensi. Memperbincangkan tentang karakter moral pemimpin menarik mengikuti pendapat Mortine J Adler, filsuf pendidikan dari Amerika. Ada tiga karakter moral pemimpin, pertama, ethos yaitu sumber kekuatan untuk dapat memunculkan suatu keyakinan. Kedua, pathos, merupakan kemampuan untuk menyentuh perasaan dan menggerakkan emosi para pengikutnya. Ketiga, terakhir, logos yakni kemampuan untuk bisa memberikan landasan rasional bagi suatu tindakan maupun pengambilan keputusan. Dalam bahasa psikologi, ethos memerlukan kecerdasan spiritual, pathos bersinggungan dengan kecerdasan emosional dan logos berdasar kecerdasan intelektual.

Kita ulas dulu karakter moral Oom William menyoal logos. Tak salah kalau kita membicarakan bisnis di tanah air, Astra International menjadi garda depannya. Baik itu menyoal seluruh operasional perusahaan yang berujung pada keuntungan, pengembangan manusia (karyawan) menjadi unggul di bidangnya hingga tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Hampir semua kajian-kajian manajemen kontemporer, Astra menjadi narasumber pertamanya। Entah itu berbicara menyoal kualitas, pelayanan hingga yang paling mutakhir bernama Six Sigma, Balance Score Card, Human Capital Competencies. Selalu Astra menjadi benchmarking di bidangnya.

Hal demikian jelas muncul karena faktor pemimpinnya, dalam hal ini Oom William. Tanpa harus direkayasa, Oom William menjalankan dengan sempurna karakter moral bernama logos. Kecerdasan intelektual dengan berkawan bersama konsep-konsep manajemen kontemporer akhirnya menjadi keunggulan kompetitif yang dimiliki Astra International dibanding dengan para pesaingnya.

Karakter moral berikut bernama pathos. Memimpin dengan ratusan anak perusahaan dengan ribuan karyawan, disamping diperlukan sistem-sistem modern, tidak kalah penting adalah kecerdasan emosi dari sang pemimpin dalam menahkhodai bisnisnya. Oleh pakar kepemimpinan Ken Blanchard, pathos ini diterjemahkan dalam dua bahasa sederhana; kepercayaan dan pujian. Sang pemimpin harus memberi kepercayaan kepada para konstituennya untuk mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Sementara sang pemimpin tidak pelit untuk memberikan pujian kepada konstituennya yang secara gemilang menyelesaikan tanggung jawabnya.

Apa yang dilakukan oleh Oom William selama membesarkan Astra International hakekatnya menjalankan pemikiran Ken Blanchard. Tampuk kepemimpinan yang diberikan kepada TP Rachmat beserta tim dan Oom William ’hanya’ menjadi komisaris membuktikan bagaimana beliau mempraktikkan kepercayaan. Hingga sekarang sehabis TP Rachmat diganti oleh Budi Setiadharma dan diteruskan oleh Michael Ruslim menunjukkan warisan ’kepercayaan’ dan ’pujian’ yang dijalankan oleh Oom William berjalan nyaris sempurna.

Karakter moral ketiga disebut dengan ethos. Ethos selalu bersinggungan dengan ranah spiritual. Pemimpin yang menjalankan praktik spiritual tidak sekedar berhenti pada dataran konsep semata. Lebih penting adalah praktik. Selama Astra International beroperasi di tanah air, nyaris tidak pernah terdengar praktik-praktik miring yang dilakukan oleh manajemen Astra. Manajemen Astra dengan model peran Oom William percaya bahwa Astra adalah berkah dari Tuhan dan karenanya Astra mempunyai kewajiban mengembalikan kepada masyarakat luas dalam bentuk penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya.

Alhasil Astra International mempunyai falsafah perusahaan yang sangat spiritual:
(1) menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara,
(2) menjadi pelayanan terbaik kepada pelanggan,
(3) menghargai individu dan membina kerjasama,
(4) senantiasa berusaha mencapai yang terbaik
Itulah The Astra Way. Dengan pelopornya William Soeryadjaya.

(Diambil dari email Ibu Ayu (ayu@kompas.co.id) yang ditulis oleh : A.M. Lilik Agung lilik@highleap.net)
Monday, December 22, 2008, 12:21 PM

Saturday, October 11, 2008

Mudik Lebaran, Napak Tilas Sekolahan...

Masih dalam suasana 'Iedul Fitri 1429H, sebelumnya saya mengucapkan "...taqabbalallaahu minnaa wa minkum, kulli 'aamin wa antum bikhaiir, shiyamanaa wa shiyaamakum..." Semoga ALLOH shubhanaahu wata'alaa menerima amal ibadah kita selama bulan Ramadhan yang lalu, amin ya robbal 'aalamiin...

YES ! Akhirnya libur lebaran pulang kampung juga setelah setahun penuh bergulat dengan rasa penat, stress, pressure, kesemrawutan, dan sejenisnya di ibu kota Jakarta tercinta. Walaupun perlu perjuangan untuk bisa mudik ke kampung halaman tercinta di kota Purworejo yang "katanya" Berirama (BERsih, Indah, Rapi, Aman, nyaMan, mAkmur) karena harus antri tiket kereta, alhamdulillaah mudik bersama istri tercinta dan mertua terlaksana juga... Tepatnya di hari ketiga Syawal 1429H, kereta api Taksaka II jurusan Gambir Jogja pada jam 20.45 WIB telah mengantarkan kami ke stasiun Kutoarjo sekitar jam 5 pagi keesokan harinya.











(Nyantai di bangku kereta Taksaka II)

Terlalu panjang cerita kalau saya detailkan apa saja yang telah saya lakukan selama liburan di sana. Tetapi entah kenapa di mudik lebaran tahun ini memory saya mengingatkan pada kenangan-kenangan indah yang telah terbuang lebih dari 10 tahun silam ! Saya tiba-tiba rindu dengan lingkungan dimana selama ini saya telah menuntut banyak ilmu di sana ! Ya... saya rindu melihat bangunan sekolah yang telah lama saya tinggalkan !

Sebagai alumni TK Kemala Bhayangkari Purworejo, SD Negeri Pangen Gudang Purworejo, SMP Negeri 1 Purworejo, dan SMA Negeri 3 Purworejo (sekarang SMA Negeri 7 Purworejo) saya kangen untuk melihat seperti apa kondisi sekolah yang telah meluluskan saya dan "mendamparkan" saya di ibu kota Jakarta ini. Mungkin sudah semakin "wah" dengan penambahan bangunan dan fasilitas akademis di sana-sini ? Tambah rimbun oleh pepohonan ? Tambah ramai karena berada di pinggir jalur utama dalam kota yang menghubungkan Purworejo dengan Jogjakarta-Kebumen-Magelang ? Atau mungkin terbengkalai nyaris runtuh seperti banyak gedung sekolah yang tak terawat di bilangan Jakarta atau di beberapa daerah terpencil lainnya karena minimnya dana renovasi dari Pemerintah Daerah ? Ternyata gedung-gedung sekolah saya telah jauh berubah ! Jauh lebih bagus dan maju dibandingkan dengan kondisi terakhir saya tinggalkan !

TK Kemala Bhayangkari Purworejo

TK Kemala Bhayangkari yang berada di Jalan Jenderal Sudirman Purworejo dan berseberangan dengan SMP Negeri 1 Purworejo terlihat lebih terang daripada kondisi 22 tahun silam. Dulu di sekolah ini banyak pepohonan rimbun dengan pohon-pohon kamboja di sepanjang pagar sekolah, sehingga kami sering bermain-main di sana melihat jalan raya yang sesekali dilalui oleh barisan tentara dari Batalyon 412 yang sedang berolah raga, dan membuat kami takut karena mereka berlari-lari sambil membawa senapan laras panjang ! Di bawah pepohonan itulah kami bersembunyi sambil tetap mengintip bapak tentara itu lari pagi... Atau terkadang kami memanjat di antara dahan-dahan pohon kamboja itu hingga beberapa ibu guru sering menasihati kami untuk turunn dan tidak memanjat terlalu tinggi. Kalau tidak salah ingat, beberapa ibu guru yang dulu mengajar saya ada Bu Tari, Bu Dien, dan Bu Wiwik... Sisanya lupa hehehe... Maaf ya Bu Guru... Fasilitas mainan tidak banyak berubah, hanya sekarang lebih terang dan menyala karena banyak warna-warni yang ditampilkan di semua fasilitas mainan ataupun di tembok sekolahnya. Oiya, dulu Ibu saya pernah mengajar juga di TK Kemala Bhayangkari ini lho, tetapi saya masih kecil ( sekitar 3~4 tahun) jadi tidak sempat merasakan diajar oleh Ibu sendiri hehehe...











(Sisi depan TK Kemala Bhayangkari)











(Sarana bermain tali panjat)










(Sarana bermain perosotan, jungkat jungkit, ayunan, dll.)











(Salah satu pohon Kamboja yang masih tersisa)



SD Negeri Pangen Gudang Purworejo

SD Negeri Pangen Gudang, sekolah dasar kedua yang dibangun dengan 2 lantai setelah SD Negeri A.Yani. Sekolah ini berada di Jalan Mayjend. Sutoyo Purworejo, masih tetap berada di depan SMP Negeri 1 Purworejo juga. Lho ?! Memang TK, SD, dan SMP saya saling berseberangan. Jadi jangan heran kalau dulu abis lulus TK saya hanya perlu menyeberang jalan untuk sekolah lanjutan di SD. Pas pindah ke SMP pun cuma perlu menyeberang jalan dari SD. Dulu di tahun 1986 sampai 1990 SD Negeri Pangen Gudang jadi satu dengan gedung SMA Institut Indonesia (SMA II). Tetapi setahu saya dulu hanya gudang SMA II saja yang berdekatan dengan SD Negeri Pangen Gudang. Mungkin itu sebabnya kenapa dinamakan SD Negeri Pangen Gudang. Nama ”Pangen” diambil dari nama kelurahan yaitu ”Pangenjurutengah” dan ”Gudang” diambil dari gudangnya SMA II hehehe... Itu hanya persepsi saya lho. Sampai sekarang pun saya ngga tau kenapa dinamakan SD Negeri Pangen Gudang. Abis, Bapak dan Ibu Guru-nya ngga pernah ngasih tau sejarahnya kenapa dinamakan SD Negeri Pangen Gudang. Tapi kalau disuruh mengingat-ingat nama guru wali kelas insya ALLOH masih ingat. Ayo kita buktikan ! Dari kelas I : Bu Lukirah, kelas II : Bu Retno T., kelas III : (eh lupa, kalau ngga salah Pak Tumino), kelas IV : Bu Wahtiti, kelas V : Pak Triyono, dan kelas VI : Bu Sri Redjeki. Oiya, selama sekolah di SD Negeri Pangen Gudang saya udah 3 kali pindah tempat karena ada proses renovasi sekolah. Mulai dari pindah ke gedung SPG Negeri Purworejo terus pindah lagi jadi satu dengan SD Negeri Ngupasan dimana kami semua harus sekolah masuk siang jam 2. Hah... Biasanya tidur siang ini tengah hari bolong harus masuk sekolah...











(Bangunan SD Negeri Pangen Gudang yang megah)











(Musholla mungil warna hijau, dulu tempat ini adalah kantin sekolah dan di depannya ada taman sejuk dengan kolam ikan yang indah)










(Papan nama sekolah dengan pagar besi)











(Arena olah raga lompat jauh. Dulu di sini adalah taman mungil di belakang ruang UKS)


SMP Negeri 1 Purworejo

Berikutnya, SMP Negeri 1 Purworejo. SMP negeri tertua di Purworejo karena dilihat dari nomor urut nama SMP-nya saja sudah ketahuan hehehe... Di SMP Negeri 1 Purworejo pertama masuk ke kelas I-C, terus naik ke kelas II-C, terakhir kelas III-C. Pokoknya serba C deh hehehe... Selama sekolah di SMP Negeri 1 Purworejo pernah punya pengalaman pahit waktu duduk di kelas II, pernah digampar sama guru bahasa Inggris namanya Pak Wagiman, tapi beliaunya lebih suka dipanggil ”Pak Win” diambil dari huruf pertama nama Wagiman yaitu ”W”, huruf tengan yaitu ”I”, dan huruf terakhir yaitu ”N”. Tapi yang digampar banyak lho ngga Cuma sendiri, kira-kira ada 5~6 orang hehehe... Masalahnya sebenarnya sepele, waktu itu pas jam istirahat Pak Win naruh buku LKS (Lembar Kerja Siswa) di meja guru depan kelas karena abis ulangan. Buku LKS ini dimiliki oleh semua siswa, dimana kalau ada PR atau ulangan soalnya diambil dari buku LKS ini terus sesudahnya dikumpulkan untuk dinilai. Nah beberapa murid penasaran pengen lihat berapa nilai hasil ulangannya, so sebelum Pak Win masuk pada ngintipin di LKS-nya deh. Eh, lagi pada asyik-asyiknya ngintip, tahu-tahu Pak Win masuk dan langsung marah-marah. Udah gitu kita semua digamparin uhuk uhuk... Untung ngga banyak temen yang tahu karena lagi jam istirahat. Tapi tetep aja pipinya sakit bo’ ! Tapi yang lebih sakit lagi hatinya, karena malu dimarahin di depan kelas. Wuuaaaa... Itulah sedikit cerita pahit selama sekolah di SMP Negeri 1 Purworejo. Eh, tapi ada yang perlu diketahui nih, dulu pas SMP saya ”nyambi” jualan es lilin sama kerupuk slondok ke kantin sekolah hehehe... Itung-itung bantuin orang tua karena kebetulan di rumah ada freezer, sayang kalo dianggurin. Jadi dulu pagi-pagi sebelum masuk sekolah pasti saya muter-muter dulu nyuplai es lilin dan kerupuk slondok. Eh, tunggu... Ada temen sekolah yang suka bantuin lho, namanya Nanang ! Entah dimana dia sekarang. Tapi yang jelas dia pernah jadi ketua Senat Mahasiswa di Universitas Hang Tuah di Surabaya.











(Gerbang utama SMP Negeri 1 Purworejo)









(Pintu masuk gerbang selatan)






(Lapangan rumput di dekat laboratorium Biologi ini dulu pasti ramai setiap ada acara class meeting)










(Bangunan ruang guru yang terletak di seberang TK Kemala Bhayangkari)


SMA Negeri 7 Purworejo (ex. SMA Negeri 3 Purworejo)


Nah, terakhir di SMA Negeri 3 Purworejo, dulu sering disingkat SMANTIE. Tapi sekarang udah jadi SMA Negeri 7 Purworejo. SMA saya ini termasuk bangunan tua peninggalan Belanda. Kalau ngga salah didirikan tahun 1915, dan dulu kalau ngga salah pernah jadi bangunan sekolah HIS, masih ada lho tugu yang bertuliskan HIS. Abis itu berubah jadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Negeri Purworejo, sekolah unggulan yang mencetak guru, sang pahlawan tanpa tanda jasa. Dulu kalau sore SPG ini juga dipakai untuk sekolah KPG (Kursus Pendidikan Guru). Di SPG Negeri Purworejo inilah Bapak saya tercinta mengabdikan dirinya sampai masa purna tugas. Dan di KPG Purworejo inilah Ibu saya tercinta pernah mengenyam pendidikan. Pas di SMA Negeri 7 Purworejo masih inget bener dulu jadi Ketua Kelompok Seni Teater Tanjung. Terus suka ngikutin kegiatan pecinta alam, dimana pada tahun 1996-an baru dibentuk group pecinta alam SMA Negeri 3 Purworejo dan disingkat ”PALASMEGA”. Berawal dari kelas I-5 yang di-walikelas-i oleh Bu Henny Tri F. (bu guru Matematika), terus naik ke kelas II-4 dengan wali kelas Pak Supriyono (pak guru Ekonomi – Akuntansi), terakhir di kelas III-IPA-3 kalau ngga salah, wali kelasnya ibu yang baik hati Bu Budiastuti yang ngajar Kimia. Terakhir sebelum acara perpisahan lulusan SMA Negeri 7 Purworejo tahun 1997 sempat ngumpul-ngumpul di rumah Bu Budi di perumahan Mranti, terus sampai sekarang udah jarang ketemu sama Bu Budi, apalagi sama temen-temen sekelasnya uhuk uhuk... Eh, iya ada satu lagi. Bu Budiastuti ini sekarang (2008) jadi Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Purworejo lho !!! Wuih, selamat ya Bu. Do’aku selalu terpanjat untuk bapak ibu guru yang tak pernah capek mencurahkan ilmunya kepada kami semua. Eh, nambah satu lagi berita, kemarin juga ketemu sama bu guru bahasa Inggris, namanya bu Nikmah Nurbaity, yang setelah ngobrol punya ngobrol beliau sekarang juga udah jadi Kepala Sekolah di salah satu SMA Negeri di Purworejo juga. Kami kemarin saling mendo’akan, semoga kesuksesan tetap terlimpah atas kami semua. Amin ya robbal ’aalamiin...











(Gerbang utama SMA Negeri 7 Purworejo dengan gapura bernuansa Bali. Entah kenapa kok nuansanya Bali bukan Jawa, yang jelas 11 tahun silam pintu masuknya hanya berupa pintu gerbang besi biasa bercat coklat tua)









(Jalan Ki Mangunsarkoro atau terkenal dengan sebutan Jalan Tanjung karena sepanjang jalan penuh pohon Tanjung, memisahkan antara lingkungan SMA Negeri 7 Purworejo di sisi kiri dengan kompleks perumahan Guru dan Karyawan di sisi kanan jalan)










(Salah satu sudut lapangan bola dengan pohon Trembesi yang rindang)










(Gedung Wisma Budaya, yang selalu ramai di akhir pekan karena banyak disewa untuk resepsi nikah. Di sini juga dulu Kelompok Seni Teater Tanjung sering tampil)











(Salah satu sudut sekolah, dimana dulu menjadi ruang kelas I-5 dan I-6)









(Salah satu halaman rumah guru yang dulu waktu kecil sering saya jadikan tempat bermain bersama teman-teman kecil saya, ada Wawan, Bambang, Udin, Iwan, Dhidhik, Nunung, Tito dan sebagainya. Dulu rumah ini namanya "Wisma Mandala")



Catatan : dulu saya juga tinggal di kompleks perumahan guru SMA Negeri 7 Purworejo, jadi jangan heran kalau lingkungan sekolah ini juga menjadi bagian kenangan masa kecil saya hehehe...









(Ini dulu rumah dinas Pak Zainal Alamsyah, pak guru BP. Di halaman rumah beliau ini dulu waktu anak-anak saya pernah bikin tenda sama temen-temen di halaman rumahnya. Banyak pohon jambu dan Mulberry lho...!)


Haaaaahhhh.... cukup sampai di sini perjalanan napak tilas menjelajah sekolah-sekolah di Purworejo. Selama mengunjungi bangunan-bangunan sekolah itu rasanya seperti kembali ke belasan atau puluhan tahun silam. Kadang terbersit rasa sedih karena sudah tidak pernah bisa lagi merasakan masa-masa sekolah dulu yang kata orang masa-masa yang indah dan penuh kenangan. Kadang juga bahagia kalau ingat memory-memory indah yang sesekali teringat di setiap sudut gedung sekolah. Semoga kata-kata ini bisa sedikit menjadi untaian obat rindu dengan indahnya masa lalu.

Wassalaam...

Friday, July 18, 2008

Manajemen ala Toyota

Reputasi Toyota sebagai perusahaan otomotif yang sangat istimewa dalam hal inovasi terbukti membawa perusahaan ini ke tataran perusahaan yang sangat "profitable" dan mengatasi sejumlah produsen otomotif dunia lainnya, seperti General Motor, Ford, DaimlerChrysler, dan Honda.

Keistimewaan Toyota terutama bersandar pada inovasi sebagai salah satu pilar yang paling kritikal dari keunggulan bersaingnya serta sistem pengembangan produk maupun filosofi desain yang berorientasi pada kualitas, cost reduction, dan kemampuan untuk menerobos pasar secara kreatif dan cerdas.

Bahkan, dalam majalah Fortune edisi Februari 2006 dikatakan, Toyota is becoming a double threat: the world's finest manufacturer and a truly great innovator…that formula, a combination of production prowess and technical innovation, is unbeatable recipe for success….

Seperti lazimnya perusahaan Jepang pada umumnya, kehadiran Toyota ternyata tidak semata menjadi mesin uang, tetapi malah lebih daripada itu, Toyota ikut memberi kontribusi dengan pola pikir lean production, sebuah istilah yang ditampilkan dalam buku The Machine That Changed The World yang mengubah paradigma manufaktur mass production dari Ford. Bahkan, belakangan ini ekspresi yang lebih sering kita dengar tentang kiprah Toyota adalah pernyataan bahwa "Kami (Toyota) bukan hanya menghasilkan mobil, tetapi talenta yang berkualitas". Setiap program pengembangan produk baru, setiap kualitas yang cacat dalam pabrik, dan setiap aktivitas kaizen merupakan peluang untuk mengembangkan talenta yang ada dalam perusahaan.

Manajer sekaligus guru

Ketika ditanya tentang apa tantangan yang terbesar sewaktu mengajarkan Toyota Way kepada para manajer Amerika, mantan Presiden Toyota Motor Manufacturing North America Atsushi Niimi mengatakan, "Mereka ingin menjadi manajer dan bukan guru." Di Toyota setiap manajer harus menjadi seorang guru. Mengembangkan manusia-manusia unggul merupakan prioritas nomor satu di Toyota.

Memang tidak pernah terbayangkan bahwa cikal bakal Toyota yang digagas oleh seorang sederhana bernama Sakichi Toyoda yang bekerja di daerah pedalaman di Jepang dan sekarang ini dikenal sebagai Toyota City in Japan justru telah mengubah secara radikal wajah manufaktur yang selama ini ada. The Toyota Production System (TPS) menjadi salah satu landasan sangat penting dari keunggulan bersaing Toyota dan yang membuat Toyota mencetak prestasi yang konsisten sejak perang dunia ke-2 sampai sekarang ini.

Bahkan, pada tahun 1994- 2007, Toyota mampu menggandakan jumlah model mobil yang diproduksinya dengan tetap mempertahankan pengeluaran R & D sekitar 4 persen dari pendapatan. Sebuah prestasi yang telah menjadi bahan kajian yang tidak habis-habisnya oleh berbagai konsultan mancanegara dan sering kali dijadikan sebagai business case oleh berbagai perusahaan dari lintas industri. Tidak terhitung pula perusahaan yang mengopi TPS dengan harapan akan memperoleh daya saing serupa dengan Toyota.

Kalau ditelusuri, informasi tentang TPS secara luas telah ada sejak 30 tahun lalu, tetapi tidak satu pun perusahaan yang dapat sempurna menduplikasi keberhasilan Toyota. Apa rahasianya? Ternyata, penampilan yang luar biasa konsisten dari kinerja Toyota merupakan hasil dari keunggulan manusia yang ditunjang oleh sistem yang mumpuni bagi talenta-talenta yang ada dalam perusahaan tersebut. Adalah pengetahuan dan kapabilitas dari orang yang membedakan satu perusahaan dari perusahaan lainnya. Tetapi, pertanyaan yang selalu menggelitik adalah mengapa begitu sulit sekali mengopi Toyota?

Dalam bukunya Building the Bridge as You Walk on It, Robert Quinn menunjukkan bahwa tidak mungkin menduplikasi keberhasilan dari sebuah perusahaan lain hanya semata dengan melakukan imitasi pada tekniknya. Menurut dia, dalam mendiskusikan teknik, kita sering kali melupakan pentingnya relasional. Mungkin itu sebabnya banyak management fads yang gagal.

Orang cenderung melakukan imitasi pada teknik, tetapi gagal untuk menjalani dan menghayatinya dalam suasana seperti halnya yang dilakukan oleh sang penemu. Teknik memang bernilai, tetapi orang tidak dapat membuat teknik itu berguna kalau tidak tertantang dan didukung oleh proses pembelajaran sehingga teknik tersebut menjadi berdaya guna. Dilemanya adalah orang cenderung ingin cepat mengopi penampilan prima dari Toyota, tetapi mereka tidak mau bekerja keras untuk mengubah perilakunya dengan mereplikasi budaya dan infrastruktur yang ada di Toyota.

Pengembangan talenta

Dalam buku ini, Profesor Jeffrey K Liker, Direktur The Japan Technology Management Program, University of Michigan, dan David Meier, Presiden Lean Associate serta mantan Group Leader Toyota Manufacturing, selama 10 tahun, keduanya juga merupakan penulis dari buku best seller The Toyota Way, mengeksplorasi proses utama yang digunakan oleh Toyota sebagai sarana mengajar dan mengembangkan talenta.

Pengembangan talenta di Toyota semuanya berangkat dari core concepts dan filosofi yang dibangun dari TPS. Dari 14 prinsip TPS, ada enam prinsip dalam filosofi Toyota yang berhubungan dengan pengembangan manusia. Keenam prinsip ini merefleksikan pentingnya people management, seperti setiap keputusan manajemen harus berdasar pada filosofi jangka panjang sekalipun akan mengorbankan tujuan finansial jangka pendek.

Standardisasi proses merupakan landasan untuk perbaikan yang berkesinambungan. Setiap leaders harus memahami sepenuhnya pekerjaan dan menghayati filosofi serta mampu mengajarkannya pada yang lain. Kembangkan talenta yang istimewa dan tim yang mengikuti filosofi perusahaan. Jalinlah hubungan dengan pemasok dan selalu memberikan tantangan dan membantu mereka untuk perbaikan, Serta jadilah organisasi pembelajar melalui refleksi yang tiada henti dan perbaikan terus- menerus.

Di Toyota, kalau seorang manajer tidak mampu menciptakan suasana belajar, kinerja kelompoknya akan merosot. Toyota bekerja keras untuk menciptakan budaya di mana proses belajar mengajar sangat dihargai dan dilihat sebagai kunci sukses jangka panjang. Kenyataan seperti yang biasa kita lihat, manakala talenta tak dikembangkan dengan memadai, maka keseluruhan sistem akan menjadi pincang.

Melalui buku ini, kedua penulis mempunyai intensi untuk mengeksplorasi hubungan antara upaya Toyota yang tidak kenal lelah dalam pengembangan manusia dan hasil yang dicapainya. Rahasia kesuksesan Toyota terletak pada kenyataan bahwa Toyota hanya merekrut talenta yang terbaik.

Mungkin ada yang memperdebatkan apakah seseorang dilahirkan dengan talenta tertentu atau apakah talenta itu dibentuk? Pendirian Toyota jelas, berikanlah pada kami bibit talenta yang ada, kami akan menanamnya, memberikan pupuk, air, dan memelihara serta merawatnya, dan pada waktunya akan memanen buah-buah dari pekerja kami.

Analogi ini lazim di dalam Toyota karena kalau kita melihat ke belakang pendiri perusahaan ini berasal dari komunitas petani. Analogi ini juga mengajarkan pada kita bahwa sekalipun seorang petani yang cerdas memilih bibit yang baik, bibit itu tidak dengan sendiri akan tumbuh dengan baik kalau tidak ada upaya dan kerja keras untuk merawatnya.

Dan kunci sukses Toyota di sini adalah mengembangkan dan merawat talenta-talenta yang ada dalam sebuah atmosfer kerja yang menghargai proses belajar mengajar. Inilah learning point yang bisa kita ambil dari buku yang sangat inspirasional ini.

(Roy Goni, Pengajar Pemasaran pada Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta)
Sumber:Kompas.com

(Dicuplik dari email Bapak Mohammad Syarwani (syarwani@yahoo.com)
Wednesday, January 02, 2008 8:37 AM

Tuesday, July 15, 2008

Kisah Sukses : Soichiro Honda

Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaraan ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja jalanan.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda -- Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengidap lever.

Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala sering bermain di bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam.

Tak seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal. Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun, dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang.

Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak. Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota, untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bossnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidakditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai subuh. Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap kreatif.

Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia.

Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia berpikir, spesialis apa yang dipilih ? Otaknya tertuju kepada pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada 1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.

Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan mencari ijazah. Melaink an pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun serasa kian dekat di pelupuk mata.

Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Namun lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya.

Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota . Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka, sepeda motor-- cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya.

''ORANG MELIHAT KESUKSESAN SAYA HANYA SATU PERSEN. TAPI, MEREKA TIDAK MELIHAT 99 PERSEN KEGAGALAN SAYA,'' tuturnya. Ia memberikan petuah, ''KETIKA ANDA MENGALAMI KEGAGALAN, MAKA SEGERALAH MULAI KEMBALI BERMIMPI. DAN MIMPIKANLAH MIMPI BARU.''

Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin.
sumber: Blog Rahmadyah

(Dicuplik dari email Bapak Hendry Risjawan (hendry@car.co.id)
Monday, February 25, 2008 9:54 AM
Training & Development Dept.
PT A.J. Central Asia Raya (CAR)

Jangan Jadi Korban Law of Attraction!

Tulisan ini sengaja saya rilis, berkaitan dengan mulai berkembangnya berita atau kabar tentang korban-korban yang berjatuhan dan dianggap sebagai tumbal dari LoA (Law of Attraction).

Lebih dari itu, saya sendiri adalah seorang pembicara yang termasuk sering menyajikan seminar bertemakan Law of Attraction, dan tentunya tidak ingin "makan korban".

Tumbal, maksudnya adalah orang-orang yang "karena" menonton The Secret atau mendalami Law of Attraction, malah jadi tukang melamun dan terjauhkan dari action. Melamun dan melamun, dan saat ditanya mereka mungkin menjawab, "Saya sedang me-LoA sesuatu nih...". Gawat kan?

Atas berjatuhannya korban-korban ini, ada sebagian orang yang langsung mempertanyakan Law of Attraction, dan ada pula yang menilai bahwa pembelajarnyalah yang "salah ngelmu". Saya mungkin lebih memposisikan diri pada bagian yang kedua. Mudah-mudahan, bukan saya sendiri yang malah "salah ngelmu".Beberapa ikon universal terpenting dalam konsep Law of Attraction adalah tentang sabar, ikhlas, dan syukur. Tiga konsep ini memegang peranan penting dalam proses "meminta" atau "asking" yang digaungkan besar-besaran oleh Law of Attraction. The universe is your catalog. Just ask.Sangat mungkin, dua kalimat terakhir itulah yang menjadi "biang kerok" dan menciptakan korban, yaitu orang-orang yang justru menjadi lebih pasif, no action, thinking only, talk only, nge-LoA doang, gara-gara mendalami Law of Attraction.

Sabar, ikhlas, dan syukur melekat pada dua kelompok situasi, kelompok situasi yang pertama berkaitan dengan hal-hal yang given, dan kelompok situasi yang kedua terkait dengan action.Cacat bawaan lahir, musibah atau bencana, dan menjadi korban sebuah peristiwa, bisa jadi masuk pada kelompok situasi yang pertama. Begitu pula jika kita terlahir kaya, punya wajah cantik atau tampan, menjadi keturunan raja yang berkuasa, tiba-tiba mendapatkan hadiah undian, atau mendapatkan durian runtuh. Istilah kata, sudah dari sononya.Sepanjang sisa tulisan ini, kita belajar bersama tentang situasi kedua, yaitu situasi yang tidak dari sononya alias apa-apa yang memang menjadi wilayah "kekuasaan manusia" dalam batas-batas kemanusiaan kita.

Sebagian kecil dari "kekuasaan" itu, adalah segala kesuksesan duniawi kita. Kebahagiaan yang non fisik, pekerjaan yang memberi hasil besar, bisnis yang maju dan berkembang, uang yang banyak, tanah di mana-mana, mobil idaman, dan sebagainya.SabarSabar adalah fenomena action. Dari mana juntrungannya seseorang bisa bersabar, jika ia tidak melakukan apapun? Apa yang mau disabarin? Seseorang yang no action tidak berhak atas sabar.Dalam literatur manapun, kita akan menemukan bahwa sabar selalu dikaitkan dengan action. Sabar adalah fenomena hati yang tidak begitu saja muncul melainkan berkaitan dengan tindakan.Kita bekerja maksimal atau optimal, hasilnya belum memuaskan, kita musti sabar. Kita berhak untuk sabar karena kita sudah take action.Apakah jika kita sudah merasa bersabar, maka kemudian kita diam? Jika jawaban kita "ya", maka kita tidak berhak untuk sabar. Sabar hanya diperuntukkan bagi mereka yang terus bergerak. Sabar tidak berlaku untuk orang yang hanya diam.IkhlasIkhlas adalah fenomena action. Kita berupaya maksimal atau optimal, kemudian berhasil, dan tiba-tiba itu semua terenggut dari diri kita. Kita diminta untuk ikhlas karena semuanya cuma titipan. Ikhlas kita, terkait dengan action. Dalam hal ini kita memang berhak untuk ikhlas. Apa yang bisa kita ikhlaskan jika kita tidak melakukan apa-apa dan tidak mengalami apa-apa yang menjadi hasil tindakan kita?Kita tetap berhak untuk ikhlas, jika kita tetap bergerak. No action, kita tak berhak merasa ikhlas. Aneh sekali, jika kita mengikhlaskan sesuatu, dan kemudian tidak action untuk sesuatu yang lebih baik.

Syukur"Syukur Alhamdulillah Pak Sopa, outlet saya sudah bertambah tujuh buah di seluruh Jakarta." Jatuh dari langit? Tidak, karena itu semua tercipta dari action. Outlet pertama, outlet kedua, dan seterusnya sampai outlet ketujuh, semuanya adalah action. Dalam progress seperti itulah syukur berlaku.Jika kita menambah satu saja outlet busana kita di Jakarta, jelas-jelas itu adalah bentuk rasa syukur kita. Rasa-rasanya, sulit sekali membayangkan bahwa kita melakukan itu karena terpaksa atau karena menderita. Jika itu terjadi, maka outlet kedua hanya tercipta karena keinginan untuk survive. Hanya untuk itukah kita berbisnis? Hanya untuk sekedar survive?Rasa syukur kita, menciptakan action. Bahkan, positive action."Alhamdulillah, tahun 2008 ini akan ada banyak Power Workshop E.D.A.N. di gelar di mana-mana." Jika saya hanya ngendon di Jakarta saja, maka Power Workshop E.D.A.N. juga hanya akan ada di Jakarta saja, karena kebetulan trainernya baru saya doang.

Rasa syukur saya (Alhamdulillah...), mendorong saya makin giat menambah jadwal gelaran Power Workshop E.D.A.N. di mana-mana. Syukur menciptakan action.Jika Power Workshop E.D.A.N. masih sedikit peminatnya, saya diminta ikhlas, sabar... dan tidak tinggal diam. Saya akan melakukan sesuatu untuk merubah keadaan itu. Sabar dan ikhlas menciptakan action. Jika saya hanya diam, sabar dan ikhlas saya tidak ada artinya. Itu konyol namanya.Sabar, ikhlas, dan syukur adalah fenomena action. Action menciptakan sabar, ikhlas, dan syukur. Ketiganya, menciptakan action lanjutan. Tidak ada tempat untuk hanya sekedar melamun.Ada pendekatan yang lebih mudah untuk memahami semua ini.Awalnya, Law of Attraction berkaitan dengan cara kerja pikiran dalam menarik berbagai hal yang diharapkan. Pikiran itu kemudian akan terkait dengan perasaan, termasuk di dalamnya sabar, syukur, dan ikhlas.Diketahui, modal utama manusia untuk sukses adalah akal dan badan. Mind and body kata orang. Sementara itu, Law of Attraction lebih banyak berfokus pada fenomena pikiran. Dari sini kita bisa memahami bahwa peran Law of Attraction barulah setengah saja dalam menciptakan kesuksesan kita. Setengahnya lagi, adalah badan kita alias action.Law of Attraction adalah tentang pikiran. Artinya, ia tidak lepas dari paradigma akal yang fungsinya adalah menimbang dan memilih. Dan bicara tentang akal, maka pertanyaannya menjadi jauh lebih sederhana sekarang; masuk akalkah jika kita menginginkan sesuatu, kemudian badan kita tinggal diam dan bersiap menerima saja?Law of Attraction, tidak hanya menarik apa yang kita inginkan. Sesuai konteks mind-body, pikiran kita mestinya juga menarik tubuh untuk bergerak mengejar keinginan. Jika tidak demikian, untuk apa diciptakan badan?Jika kita mau mengembalikan semua itu kepada konsep keyakinan beragama, maka semua itu bahkan tidak lagi hanya menjadi fenomena perasaan belaka. Itu semua, adalah tentang akhlak alias sikap dan perilaku. Maka, semua itu akan menjadi begini:Sabar itu disabar-sabarin;Ikhlas itu diikhlas-ikhlasin; danSyukur itu disyukur-syukurin.Tidakkah kini kita bisa melihat dengan lebih jelas, bahwa itu semua terselip di antara action?

Boleh belajar Law of Attraction, tapi jangan jadi no action.
Semoga bermanfaat.

(Dicuplik dari email Bapak Ikhwan Sopa (ikhwan.sopa@gmail.com)
Monday, February 04, 2008 11:00 PM
Trainer E.D.A.N.
+62 21 70096855QA
CommunicationSchool of Motivational Communication

Apa Rahasia Sukses Bos-Bos Jepang ?

Pernah orang Jepang dijuluki les marchands des transistors (pedagang transistor) oleh de Gaulle. Namun sekarang mereka bukan hanya juara dunia dalam hi-fi, tetapi juga dalam microprocessor, mobil, bioindustri dan lain-lain.

Dalam sepuluh tahun terakhir produksi Jepang meningkat dua kali lebih cepat daripada Amerika Serikat. Apa rahasianya?

Berikut ini kita akan menjenguk orang-orang yang mempunyai andil besar dalam kemajuan tehnik Jepang.

Mula-mula kita jumpai Akio Morita si pencipta perusahaan Sony. Dia menyukai olahraga golf, sekaligus menjadi pengagum musikus Beethoven. Saking gandrungnya pada musik sampai-sampai di lapangan pun dia ingin bermain golf sambil mendengarkan Symphony kesembilan.
"Saya membutuhkan sebuah alat kecil dengan pengeras suara," kata Akio Morita pada anak didiknya. Tak lama kemudian tcrciptalah walkman.

Dia berusia sekitar enampuluhan, kurus, rambutnya putih dan matanya hampir kuning. Tapi ia nampak seperti umur duapuluh karena semangatnya yang tak kenal lelah.
Rumahnya di daerah kedutaan, di Tokyo. Bertingkat, dengan kebun dan sebuah kolam renang. Boleh dikata dia seorang boss Jepang yang sudah berorientasi ke Barat. Dia tak berkeberatan istrinya turut menjamu tamu dalam pakaian Barat. Tetapi, ia tetap menjalani hidup sederhana dan kekeluargaan menurut tradisi.

Setiap pagi pukul delapan tepat Akio Morita tiba di kantor. Ia selalu mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakai anak buahnya, meskipun jas luarnya buatan Inggris. Ini untuk menunjukkan semangat demokratis yang menjiwai setiap perusahaan Jepang.

Pada tahun 1947 Akio Morita mendirikan perusahaan Sony; memasarkan transistor yang pertama, televisi berwarna pertama, dan walkman pertama. Saat ini perusahaan sedang maju-majunya, ia mengekspor 70% dari produknya. "Pasaran kami adalah seluruh dunia," katanya.
Kemajuan teknologi Jepang didorong oleh semangat untuk menyegerakan, dengan penuh kesadaran dan rasa kebanggaan. Tidak sampai dua generasi untuk mewujudkan mukjizat ini. Sebelumnya, orang Barat mengejek, Jepang hanya bisa membuat sepeda yang rodanya tidak bisa berputar dan jam-jam yang tidak bisa dipercaya. Karikatur tahun tigapuluhan pernah menunjukkan gambar seorang pemburu menyandang sepucuk senapan, yang ketika picunya ditarik maka larasnya menggembung. Capnya: made in Japan (bikinan Jepang).

Tetapi tiba-tiba orang Jepang tergila-gila pada perlombaan matematika dan fisika. Ujian-ujian di berbagai universitas menjadi sangat berat dan terjadi persaingan mati-matian. Ini menghasilkan orang-orang yang pandai. Di Pusat Penelitian Sony, jejak kaki para direktur yang sukses dicetakkan di atas tanah, seperti halnya jejak kaki para bintang Hollywood di studio MGM.
Saingan istrinya sebuah komputer

Sama dengan majikannya, Makoto Kikuchi direktur baru pada Pusat Penelitian Sony ini bisa berbahasa Inggris, dengan tujuan dapat berbicara dengan robotnya; sebuah "Apple" Amerika.
"Masih yang terbaik untuk saat ini," ucapnya jujur. Laki-laki berusia 45 tahun ini sebelumnya sudah sangat terkenal di Jepang sebagai ilmuwan yang paling mengagumkan dari Pusat Penelitian Negara. Ia mengkhususkan diri dalam microprocessor. Ia pindah ke Sony enam tahun yang lalu.

Dalam sebuah rumah yang amat kecil berbentuk bujur sangkar dan terbuat dari kertas minyak itulah ia tinggal bersama istrinya dan hidup dengan sederhana. Dengan kimononya dan berlutut di atas tikar Jepang, istrinya dengan setia menemani suaminya bermain dengan komputer.
Mottonya: Research Makes The Difference, menggambarkan keambisiusan Makoto Kikuchi. Motto ini ditulis pada truk-truk perusahaan dalam bahasa Inggris supaya menimbulkan kesan eksotis.

Ia punya rencana untuk beberapa tahun mendatang: membuat komputer yang bisa menguraikan bahasa percakapan orang Jepang supaya setiap orang Jepang dapat berbicara dengan komputer.

Dengan senang hati, dia mengundang 190 penyelidik datang ke pusat penelitiannya. Kata Makoto: "Sony memberikan 3,5 sampai 5% penghasilannya untuk penelitian." Tambahnya: "Sebelum ini saya bekerja di sebuah laboratorium di Amerika Serikat. Di Sony, cukup hanya satu jam bagi saya untuk memperoleh sebuah alat yang harganya setengah juta dolar. Saya lalu bisa menghargai perbedaan ini." Ia tetap seorang Jepang Tulen meskipun lama tinggal di Amerika Serikat.

Para peneliti Sony mempelajari sinar energi matahari, teknologi silikon dan lainnya. Tetapi bidang yang paling disukainya adalah semiconductor. Dia memulai segalanya dari nol pada tahun 1976.

Di perusahaan Sony, kaitan penelitian produksi dengan pemasaran merupakan satu keharusan yang permanen. Contohnya, setiap Minggu pagi Makoto sarapan bersama Akio Morita dan Direktur Marketingnya. Hubungan yang begitu wajar dan akrab antara peneliti dan pemimpin ini jarang sekali terjadi di Amerika maupun di Eropa.

Morita yang sudah begitu kebarat-baratan, yang kalau bermain golf memakai kemeja dan topi Amerika, tetap membungkukkan badan sampai ke tanah bila berjumpa dengan kawan. Dalam mobil ia memiliki telepon, televisi dan magnetoskop; tetapi ia tetap mengenakan seragam yang sama seperti 35.000 anggota Sony. Honda tidak memberi warisan kepada anak
Soichiro, 78 tahun, adalah pendiri Honda Motor. Ia juga mengenakan seragam karyawan biasa di perusahaan, kemeja dan topi putih. Dia lebih suka bekerja di bengkel, meskipun tersedia ruangan di setiap perusahaannya. Sebelum pecah perang, ia pernah menjadi montir biasa.
Sedikit demi sedikit ia turut meletakkan dasar perusahaan. Sekarang ia mengepalai 23.000 buruh dan membawahi 43 perusahaan di 28 negara (enam ada di Jepang).
Anak buahnya diberi kepercayaan total dan tanggung jawab pribadi atas apa yang dihasilkannya.
Soichiro tidak memiliki harta pribadi. Dia tinggal dalam sebuah rumah sederhana. Kegemarannya melukis di atas kain sutra dan bermain golf. Barangnya yang berharga cuma sebuah helikopter dan mobil biasa. Penghasilannya dipakai untuk penelitian dan bea siswa kaum muda. Dia bahkan tak memberi warisan kepada anak-anaknya.
"Warisan paling berharga yang dapat saya berikan adalah membiarkan mereka sanggup berusaha sendiri," katanya.

Hadiah untuk gagasan yang paling baik

Kyoto Ceramics adalah salah satu pabrik pembuat microchips (elemen-elemen kecil komputer) yang paling kuat di dunia.

Omset Kyoto Ceramics 400 juta dolar dan menghasilkan keuntungan luar biasa, 12% setelah dipotong pajak.

Ada tujuh buah perusahaan di Amerika Serikat dan tiga di Jepang. Inamori sang pemimpin, seperti juga Soichiro Honda dan Kaku pemimpin Canon, menganggap dirinya sebagai karyawan biasa. Selisih gaji direktur dan buruh baru di Jepang lebih kecil bila dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Serikat.

Cara hidup pemimpin Jepang sangat sederhana dibanding dengan rekan-rekan di Barat. Rasanya mereka memandang rendah kemewahan. Suatu barang harus ada fungsinya.
Bagaimana mereka bisa memegang prinsip sebaik itu?
Mari kita menengok ke Gamo, salah satu pabrik keramik di Kyoto. Kurang lebih 50 kilometer dari Kyoto. Di sini pada pukul delapan pagi seluruh karyawan Gamo berkumpul dalam ruang-ruang besar. Dari tiap ruang, di atas sebuah panggung seorang laki-laki meneriakkan: berdiri, bersiap, luruskan kaki dan istirahat. Ratusan laki-laki dan perempuan dalam seragam biru berdiri siap. Laki-laki lalu melaporkan hasil pekerjaan bulan lalu dan menambahkan delapan pesan produksi, tentang mutu, penurunan ongkos dan sebagainya.
Selesai laporan, dia memanggil lima orang maju ke depan. Mereka diberi hadiah, karena telah menyumbangkan gagasan yang paling baik, pada bulan sebelumnya. Di semua perusahaan Jepang, para insinyur dan buruh diundang menyumbangkan gagasan untuk lebih memajukan produktivitas, keamanan dan semua bidang yang berkaitan dengan kehidupan perusahaan.

Di Canon, setahun yang lalu, masuk sekitar 146.242 gagasan yang ternyata dapat menghemat lebih dari tujuh juta yen!

Sebulan sekali mereka berkumpul, memberi laporan pekerjaan selama ini, bertukar pengalaman dan mutu pekerjaan mereka.

Hadiah bagi gagasan mereka yang terpilih antara lain medali, jam tangan, tiket kereta atau pesawat terbang. Yang kurang berinisiatif tak akan mendapat apa-apa. Tak pernah terjadi seseorang mendapat sanksi negatif.

Setiap pekerja memiliki saham dan dividen dari perusahaan. Benar-benar merupakan perwujudan demokrasi yang didasarkan pada penghargaan hasil kerja dan atas hierarkinya. Di Jepang, persaingan ditumbuhkan sejak kanak-kanak. Keluaran sekolah bereputasi tinggi lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang baik.

Di tiap perusahaan ada serikat buruh, yang setiap tahunnya mengorganisir pemogokan untuk memperoleh kenaikan gaji yang disebut Shunto. Tetapi Shunto ini cuma suatu upacara tradisi, bukan pemogokan seperti layaknya di Barat.

Robot membuat robot

Di kaki Gunung Fuji ada robot membuat robot. Robot-robot itu bekerja dengan diam-diam. Beberapa manusia membaca lembaran kertas besar yang keluar dari terminal robot.
Di Honda Motor Cie, di sebuah dusun dekat Tokyo, kita bisa melihat mobil yang di-assembling oleh robot, yang mematri 160 kali setiap detiknya. Grup-grup yang terdiri dari lima atau enam buruh memeriksa hasil kerja robot. Setiap buruh diizinkan menghentikan pekerjaan dengan cara menekan tombol merah, bila ada yang kurang beres.

Hasilnya: pada produksi akhir hanya ada 0,1% yang apkir, dibanding dengan 20% di Eropa. Di Sony, semua karyawannya teliti. Para majikan di Eropa memimpikan pabrik mereka bisa menyamai Jepang, dan mendambakan buruh-buruh yang serupa pula.

Di perusahaan Canon, Tuan Kaku yang adalah presiden direkturnya itu dan para buruhnya, saling menundukkan kepala mereka sama dalamnya. Percakapan antara mereka bisa membuat heran telinga-telinga Perancis.

Tuan Kaku menjelaskan secara mendetil target keuangan dan tehnik yang ingin dicapai perusahaan. Kepala serikat buruh Canon meyakinkan majikannya, keberhasilan Canon merupakan satu kepuasan bagi seluruh karyawan dan mereka ingin bekerja sama sepenuhnya bersama direksi.

Majikan-majikan Eropa sangat kagum melihat modernisasi Jepang. Kagum bukan hanya karena melihat sindikat-sindikat buruh dapat bekerja sama begitu baik dangan majikannya, tetapi juga melihat para majikan yang tak pernah memecat buruhnya itu.

Mereka melihat suatu industri di mana otomatisasi tidak menciptakan pengangguran, dan setiap buruh mau dan dapat memahami apa pun yang mereka lakukan. Mereka juga mendapat penjelasan mengenai jalannya perusahaan. Yang nampak di depan mereka adalah sebuah dunia, di mana disiplin yang mirip disiplin militer itu dapat berjalan berdampingan dengan rasa hormat pada setiap individu. Inilah rahasia kemajuan Jepang. (Paris Match/Intisari).

(Dicuplik dari email Bp. Mohamad Yunus (yunus@widatra.com)
Monday, July 07, 2008 4:52 PM
HRD & General Services Manager
PT Widatra Bhakti , Moderator I2)

Saturday, June 03, 2006

Myself and my dream...


Nama saya Kun Harjiyanto ! Saya pria kelahiran Klaten (Jawa Tengah) dan besar di sebuah kota kecil di selatan Jawa Tengah yaitu kota Purworejo yang berada + 65 km di sebelah barat propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Saya seorang karyawan sebuah perusahaan otomotif swasta multinasional di bilangan Jakarta Utara. Di perusahaan ini saya mengadu nasib sejak 7 tahun yang lalu (sejak awal tahun 2001) dan dari sini pula saya bisa "ngupaya upa" alias mencari sesuap nasi untuk bisa bertahan hidup di perantauan. Alhamdulillaah, ALLOH Shubhanaahu Wata'alaa tidak terlalu lama membiarkan saya menjadi seorang pengangguran setelah saya menyelesaikan study saya di Politeknik Universitas Diponegoro (sekarang Politeknik Negeri Semarang atau Polines) pada jurusan Teknik Elektro di bulan November 2000 silam. Alhamdulillaah lagi, ALLOH kembali memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan study di Universitas Bina Nusantara (Ubinus) Jakarta pada jurusan Teknik Industri dan berhasil saya selesaikan di bulan November 2004. Walaupun begitu, satu obsesi yang masih menjadi PR besar saya dan harus bisa saya capai, yaitu : to get my happiness ! Saya harus bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki, bahagia lahir batin di dunia dan akhirat ! Dan saya juga harus memberikan kebahagiaan yang hakiki itu untuk orang-orang yang saya cintai ! Semoga ALLOH meridhoinya, amin amin Alloohumma amin...