Kebahagiaan hidup dimulai dari hati kita sendiri...

Selamat datang di blog ini ! Sebuah blog yang berisi tentang banyak hal yang akan memotivasi kita agar lebih memahami makna hidup ini. Apa yang kita cari dari kehidupan ini ? Apa lagi kalau bukan "KEBAHAGIAAN". Ya, kebahagiaan itu sebenarnya bisa hadir dari dalam hati kita sendiri. Perjalanan panjang kehidupan kita di dunia ini akan dibayar dengan sebuah "KEBAHAGIAAN" setelah akhir zaman nanti. Tentunya Sang Pencipta alam semesta yang akan memberikannya untuk kita. Insya ALLAH...

Name:
Location: Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia

Saturday, February 07, 2009

Alasan Wanita Harus Menyiapkan Pensiun

Alasan Wanita Harus Menyiapkan Pensiun
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 840/XVI

Anda percaya enggak kalau saya bilang bahwa banyak wanita di Indonesia yang tidak atau belum mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik? Memang, saya belum pernah melakukan riset atas pernyataan ini. Pendapat ini berdasarkan pengalaman menghadapi para peserta seminar dan pelatihan serta yang menjadi klien saya.

Buat Anda yang masih bingung, coba saya jelaskan sedikit saja tentangapa yang dimaksud dengan Masa Pensiun. Masa Pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi bekerja. Di Indonesia, biasanya sih kalau Anda bekerja, Anda akan memilih (atau dipaksa memilih) untuk pensiun pada sekitar usia 50-60 tahun.

Itulah karenanya, banyak orang yang lalu mempersiapkan masa pensiunnya dengan cara memiliki sebuah Program Pensiun, seperti:
- Ikut Program Jamsostek.
- Ikut DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).
- Ikut DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).

Namun demikian, selain program-program tersebut diatas, banyak juga orang yang mempersiapkan pensiunnya dengan menabung sendiri melalui produk-produk investasi, seperti tabungan, deposito, emas, reksadana, atau membeli tanah. Ada sejumlah alasan, mengapa wanita perlu lebih banyak memberi perhatian untuk mempersiapkan masa pensiun. Karena yang sering terjadi, kaum wanita banyak yang meremehkan soal dana pensiun.

Banyak di antara mereka, hanya mengandalkan dana pensiun dari suaminya. Nah, kenapa wanita harus lebih memperhatikan soal pensiun. Berikut ini enam alasannya.

[1] Umur Wanita Biasanya Lebih Panjang.
Sebuah survei menunjukkan bahwa umur wanita biasanya lebih panjang daripada pria. Ini juga akan terjadi pada Anda, para wanita. Semakinlama Anda hidup, semakin besar jumlah Dana Pensiun yang harus Andapersiapkan untuk bisa membiayai pensiun Anda. Sayangnya, sering sekali wanitayang harus merelakan uang pensiunnya menyusut karena dipakai untuk membayar Biaya Kesehatan suami mereka yang - menurut survei - memiliki umuryang lebih pendek daripada wanita.

[2] Rata-rata Penghasilan Wanita Lebih Kecil.
Dalam sebuah perusahaan, posisi manajemen biasanya memiliki gaji yang lebih tinggi daripada posisi staf yang ada di bawahnya. Ini wajar terjadi. Sekarang pertanyaannya, siapa yang lebih banyak mendudukiposisi manajemen? Jawabannya: pria. Posisi direktur, misalnya, sampai saatini masih lebih banyak didominasi oleh pria. Begitu juga dengan berbagai posisi lain dalam struktur manajemen dari sebuah perusahaan. Itu di dunia kerja. Dalam dunia bisnis, seorang wanita biasanya - biasanya lho, ya - lebih takut untuk mengambil risiko berbisnis, dibanding pria. Otomatis, pria biasanya lebih memiliki potensi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada wanita, karenamereka lebih berani mengambil risiko. Tetapi seorang wanita, biasanya akanlebih senang kalau berada di dalam sebuah posisi yang secure (baca:memberikan gaji tetap). Sehingga otomatis, kenaikan gaji mereka betul-betul didasarkan pada aturan di perusahaan itu. Beda dengan mereka yangberani menjalankan usaha sendiri, sehingga bisa memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Dan hal itu biasanyadimiliki pria, bukan wanita.

[3] Wanita Lebih Sering Berhenti Kerja.
Betul, wanita lebih sering masuk dan berhenti kerja daripada pria.Banyak alasannya. Salah satunya adalah kalau mereka melahirkan, atau ketika ingin membesarkan anak mereka dulu selama 2-3 tahun. Otomatis, mereka akan mengambil cuti, dan tidak bekerja. Sehingga, kesempatan merekauntuk bisa menyalip rekannya yang lain untuk bisa mendapatkan posisi yanglebih tinggi menjadi tertunda. Posisi yang tertunda, berarti tertunda juga kesempatan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Bisa dibayangkan kalau seorang wanita melahirkan anak sampai empat kali.

[4] Wanita Lebih Sering Gonta-ganti Kerja.
Karena lebih sering berhenti kerja, wanita biasanya jadi lebih sering gonta-ganti lapangan pekerjaan dibanding pria. Seorang wanita yang berhenti dari pekerjaannya karena melahirkan, misalnya, biasanya belum tentu mau kembali bekerja lagi di perusahaan yang sama setelah ia mengasuh anaknya selama dua tiga tahun. Jangankan wanita yang sudah menikah dan punya anak, sekarang saja saya mengenal seorang wanitasingle yang masih berumur 26 tahun, tetapi sudah pindah pekerjaan sampai 4-5 kali. Bagaimana nanti kalau dia sudah menikah? Bisa-bisa jumlahnyalebih banyak lagi. pindah kerja daripada mereka yang di posisi manajemen.

[5] Peraturan yang Merugikan Wanita.
Banyak perusahaan di Indonesia yang masih memberikan upah yang berbeda bagi pria dan wanita yang menduduki posisi yang sama. Ini mungkin didasarkan pada pertimbangan bahwa prialah yang menanggung biaya hidup keluarga, sehingga wajar saja kalau pria menerima upah yang lebihbesar. Tetapi akibatnya, dengan jumlah upah yang lebih kecil, biasanya akan menyulitkan wanita untuk bisa menabung dalam jumlah yang lebih besar untuk persiapan pensiunnya.

[6] Sering Harus Mengalah apabila Suami Pindah Kerja.
Selama ini, apabila seorang suami harus direlokasi (pindah lokasikerja) ke kota lain, maka istrinyalah yang sering mengalah, misalnya dengancara berhenti dari pekerjaannya. Berbeda dengan apabila si istri yang harus pindah, maka jarang sekali kita mendengar suaminya mau mengalah dengan mengorbankan pekerjaannya. Ini wajar terjadi, mengingat si prialahyang biasanya menanggung biaya hidup keluarga. Namun demikian, hal inijelas membuat kemungkinan wanita untuk berhenti kerja, atau ganti pekerjaan baru menjadi lebih besar. Ini berarti, kesempatan mereka untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar menjadi tertunda, sehingga kesempatan mereka untuk menabung dengan jumlah yang lebih besarmenjadi berkurang.

Nah, bapak ibu, dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita memiliki lebih banyak 'halangan' ketika ia masih bekerja. Padahal,umur wanita biasanya lebih panjang daripada pria sehingga wanita memerlukan lebih banyak uang untuk pensiunnya kelak. Karena itu, bila Andaseorang wanita, Anda perlu menaruh perhatian yang jauh lebih besar terhadap persiapan pensiun Anda, dibanding pada pria. Mudah-mudahan tulisankali ini bisa cukup memotivasi Anda.

(Diambil dari email Ibu Lina (l1na_1103@yahoo.com)
Wednesday, December 17, 2008, 11:01 AM

The Astra Way

Senja mulai beranjak petang. Matahari tenggelam untuk berganti malam. Sang maestro bisnis, William Soeryadjaya duduk dikelilingi para direktur Astra International. Mendung menyelimuti wajah Oom William – panggilan akrab William Soeryadjaya. Syahdan salah satu anaknya Edward Soeryadjaya sedang dirundung malang. Bank Summa yang dipimpin oleh Edward mengalami guncangan maha hebat, menanggung hutang lebih dari US$ 800 million. Hanya dua pilihan yang dimiliki Edward; menyelesaikan hutang itu atau masuk penjara. Sementara menyelesaikan hutang jelas merupakan kemustahilan bagi Edward ditengah kondisi pengetatan uang (tight money policy) pada masa itu.

”Secara hukum Oom tidak bertanggung jawab atas tindakan Edward. Oom bisa lepas tangan,” kata beberapa petinggi Astra. Namun sebuah jawaban luar biasa muncul dari hati paling dalam Oom William. Benar bahwa Bank Summa adalah bisnis milik Edward. Namun bagaimanapun juga Edward adalah anaknya. Oleh karenanya Oom William bertanggung jawab terhadap segala tindakan Edward. Walaupun harga yang dibayar terlampau mahal. Pada awal tahun 1992 keluarga Soeryadjaya memiliki 75,86% saham dengan kapitalisasi US$ 1,2 billion. Namun di bulan November pada tahun yang sama, keluarga Soeryadjaya menjual 40 milyar sahamnya untuk menutup hutang Bank Summa. Alhasil keluarga Soeryadjaya kehilangan kontrol atas Astra International.

Sebagai pemimpin, Oom William sudah menunjukkan karakter moral nan luar biasa. Walaupun semua tindakan Edward dalam berbisnis bukan merupakan tanggung jawabnya, namun sebagai ayah Oom William berani menanggung semua resiko yang dialami Edward. Inilah sikap moral pemimpin yang semakin sayup-sayup muncul dari para pemimpin di republik ini. Entah itu yang bermain di ranah politik, sosial ataupun bisnis.

Karakter Moral

Kebaikan pemimpin pada dasarnya muncul dari karakter moral yang berwujud pada sikap Kebaikan dibangun dari sikap-sikap sang pemimpin baik pada masa lalu maupun era sekarang dimana saat ini masih memimpin। Kebaikan memerlukan sikap konsistensi, kooperatif, legowo bahkan kompetensi. Memperbincangkan tentang karakter moral pemimpin menarik mengikuti pendapat Mortine J Adler, filsuf pendidikan dari Amerika. Ada tiga karakter moral pemimpin, pertama, ethos yaitu sumber kekuatan untuk dapat memunculkan suatu keyakinan. Kedua, pathos, merupakan kemampuan untuk menyentuh perasaan dan menggerakkan emosi para pengikutnya. Ketiga, terakhir, logos yakni kemampuan untuk bisa memberikan landasan rasional bagi suatu tindakan maupun pengambilan keputusan. Dalam bahasa psikologi, ethos memerlukan kecerdasan spiritual, pathos bersinggungan dengan kecerdasan emosional dan logos berdasar kecerdasan intelektual.

Kita ulas dulu karakter moral Oom William menyoal logos. Tak salah kalau kita membicarakan bisnis di tanah air, Astra International menjadi garda depannya. Baik itu menyoal seluruh operasional perusahaan yang berujung pada keuntungan, pengembangan manusia (karyawan) menjadi unggul di bidangnya hingga tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Hampir semua kajian-kajian manajemen kontemporer, Astra menjadi narasumber pertamanya। Entah itu berbicara menyoal kualitas, pelayanan hingga yang paling mutakhir bernama Six Sigma, Balance Score Card, Human Capital Competencies. Selalu Astra menjadi benchmarking di bidangnya.

Hal demikian jelas muncul karena faktor pemimpinnya, dalam hal ini Oom William. Tanpa harus direkayasa, Oom William menjalankan dengan sempurna karakter moral bernama logos. Kecerdasan intelektual dengan berkawan bersama konsep-konsep manajemen kontemporer akhirnya menjadi keunggulan kompetitif yang dimiliki Astra International dibanding dengan para pesaingnya.

Karakter moral berikut bernama pathos. Memimpin dengan ratusan anak perusahaan dengan ribuan karyawan, disamping diperlukan sistem-sistem modern, tidak kalah penting adalah kecerdasan emosi dari sang pemimpin dalam menahkhodai bisnisnya. Oleh pakar kepemimpinan Ken Blanchard, pathos ini diterjemahkan dalam dua bahasa sederhana; kepercayaan dan pujian. Sang pemimpin harus memberi kepercayaan kepada para konstituennya untuk mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Sementara sang pemimpin tidak pelit untuk memberikan pujian kepada konstituennya yang secara gemilang menyelesaikan tanggung jawabnya.

Apa yang dilakukan oleh Oom William selama membesarkan Astra International hakekatnya menjalankan pemikiran Ken Blanchard. Tampuk kepemimpinan yang diberikan kepada TP Rachmat beserta tim dan Oom William ’hanya’ menjadi komisaris membuktikan bagaimana beliau mempraktikkan kepercayaan. Hingga sekarang sehabis TP Rachmat diganti oleh Budi Setiadharma dan diteruskan oleh Michael Ruslim menunjukkan warisan ’kepercayaan’ dan ’pujian’ yang dijalankan oleh Oom William berjalan nyaris sempurna.

Karakter moral ketiga disebut dengan ethos. Ethos selalu bersinggungan dengan ranah spiritual. Pemimpin yang menjalankan praktik spiritual tidak sekedar berhenti pada dataran konsep semata. Lebih penting adalah praktik. Selama Astra International beroperasi di tanah air, nyaris tidak pernah terdengar praktik-praktik miring yang dilakukan oleh manajemen Astra. Manajemen Astra dengan model peran Oom William percaya bahwa Astra adalah berkah dari Tuhan dan karenanya Astra mempunyai kewajiban mengembalikan kepada masyarakat luas dalam bentuk penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya.

Alhasil Astra International mempunyai falsafah perusahaan yang sangat spiritual:
(1) menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara,
(2) menjadi pelayanan terbaik kepada pelanggan,
(3) menghargai individu dan membina kerjasama,
(4) senantiasa berusaha mencapai yang terbaik
Itulah The Astra Way. Dengan pelopornya William Soeryadjaya.

(Diambil dari email Ibu Ayu (ayu@kompas.co.id) yang ditulis oleh : A.M. Lilik Agung lilik@highleap.net)
Monday, December 22, 2008, 12:21 PM